Kamis, 05 Januari 2012

Teori Kontrastif dalam Pemerolehan Bahasa


A. Hakikat Teori Konstrastif
Dalam belajar bahasa, sering kali seseorang melakukan kesalahan dalam mengungkapkan sebuah kalimat akibat pengaruh konstruksi kalimat bahasa pertamanya, dan kebalikannya pada keadaan tertentu ia dimudahkan cara belajarnya oleh bahasa pertamanya. Menurut hipotesis kontrastif, yang dikemukaan oleh Charles Fries (1945) dan Robert Lado (1957), kesalahan yang dibuat tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan antara bahasa pertama dan bahasa kedua, sedangkan kemudahan dalam belajarnya disebabkan oleh adanya kesamaan-kesamaan antara unsur B1 dan B2. Dengan kata lain, perbedaan B1dengan B2 menyebabkan kesulitan, sedangkan persamaan menyebabkan kemudahan. Dari teori ini, kita mendapat keterangan bahwa pemerolehan bahasa, apakah itu pemerolehan bahasa kedua, ataupun bahasa ketiga, sedikit banyak keberhasilannya ditentukan oleh keadaan linguistik bahasa yang telah dikuasai oleh pembelajar sebelumnya. Teori ini berhipotesis bahwa keadaan linguistik bahasa yang telah dikuasai oleh pembelajar berpengaruh terhadap proses pemerolehan bahasa yang dipelajari atau yang berusaha dikuasainya (Klein, 1986:5).
Hipotesis analisis kontrastif lebih lanjut menyatakan bahwa seorang pembelajar bahasa sering kali melakukan transfer antara B1 dengan B2 dalam bentuk penggunaan struktur B1 untuk mengungkapkan gagasan dalam B2. Atas dasar pemikiran tersebut maka para ahli bahasa berusaha mendeskripsikan bahasa-bahasa di dunia, dengan harapan para pengajar atau praktisi akan dapat memprediksi letak kesulitan dan kemudahaan anak dalam belajar nanti, sesuai dengan latar belakang B1-nya. Namun, analisis kontrastif tidak menjelaskan proses belajar bahasa dan kemungkinan untuk menghapuskan kesalahan yang mungkin dibuat oleh anak.
Hasil penelitian membuktikan bahwa transfer dapat diamati pada tingkat-tingkat kebahasaan, baik fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon. Sedangkan pada aspek morfologi jarang ditemui. Untuk mengetahui kekhilafan yang terjadi dalam transfer, pembelajar harus tahu banyak tentang bahasa kedua. Berdasarkan sifatnya, maka transfer dapat dibagi menjadi dua bagian. Transfer yang bersifat membantu karena kesamaan atau kesejajaran disebut transfer positif. Sebaliknya apabila transfer itu bersifat mengacaukan karena perbedaan sistem bahasa maka transfer itu disebut transfer negatif.

B. Prinsip-prinsip Teori Konstrastif
Dari teori kontrastif ini, kita mendapat keterangan bahwa pemerolehan bahasa, apakah itu pemerolehan bahasa kedua, ataupun bahasa ketiga sedikit banyak keberhasilannya ditentukan oleh keadaan linguistik bahasa yang telah dikuasai oleh pembelajar sebelumnya. Teori ini berhipotesis bahwa keadaan linguistis bahasa yang telah dikuasai oleh pembelajar berpengaruh terhadap proses pemerolehan bahsa yang dipelajari atau yang berusahaa dikuasainya (Klein, 1986:5)
Berbahasa kedua atau berbahasa ketiga adalah proses transferisasi. Jika struktur bahasa yang dikuasai oleh pembelajar sebelumnya, misalnya, banyak memiliki persamaan dengan struktur bahasa yang berusaha diperolehnya, terjadilah semacam pemudahan dalam proses transferisasinya. Namun demikian, jika struktur antarkeduanya memiliki persamaan dengan struktur antarkeduanya memiliki perbaedaan, pembelajar akan mengalami kesulitan di dalam memeroleh bahasa yang sedang dipelajarinya. Semakin terdapat perbedaan struktur antara yang ada dalam bahasa pertama dengan yang ada dalam bahsa kedua, usaha yang harus dilakukan pembelajar di dalam memeroleh dan menguasai bahasa kedua haruslah lebih sungguh-sungguh.
Menurut analisis kontrastif, semakin besar perbedaan keadaan linguistik bahasa yang dikuasai oleh pembelajar sebelumnya dengan keadaan linguistik bahasa yang akan dipelajarinya, semakin besar pula kesulitaan yang akan dialami oleh pembelajar dalam memeroleh bahasa sasaran (Banathy, 1969:79). Dengan analisis kontranstif, pengajar maupun pembelajar bahasa kedua dapat mengetahui tingkat persamaan dan perbedaan linguistik bahasa pertama dengan bahasa kedua atau bahasa target dengan bahasa yang dipelajarinya (Ellis, 1986:20). Melalui analisis kontrastif, tingkat persamaan dan perbedaan antara bahasa pertama dan bahasa kedua dapat diketahui. Dengan diketahuinya tingkat persamaan serta perbedaan itu dapat ditentukan strategi pembelajaran yang paling efektif untuk digunakan (Dulay, 1982:96).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar