Sabtu, 12 November 2011

MENGENANG “SI BINATANG JALANG” SENJA DI PELABUHAN KECIL Karya: HK. Permana/Suhanah/Teater Pena

MENGENANG  “SI BINATANG JALANG”

SENJA DI PELABUHAN KECIL
Karya: HK. Permana/ Suhanah/ Teater Pena







SINOPSIS



Sekelumit kisah kehidupan seorang Pemuda menjelang hembusan nafas terakhirnya akibat penyakit yang menggerogoti tubuh cekingnya.  Menceritakan perjalanan cinta “Si Binatang Jalang” yang tak terungkap sampai maut merenggut terhadap seorang gadis rupawan pujaan hatinya yang bernama Sri Ajati yang namanya dia abadikan dalam karya besarnya “Senja Di Pelabuhan Kecil untuk Sri Ajati”

TOKOH
Yusuf  (C.A)               :
Sri Ajati                       :
Soleha                         :
Asrul                           :
Riva’I                         :
Dr. R.H Suparsono     :











PRAGMEN 1
OPENING

Tarian Putri Pena

PUISI
(Sajak Putih)
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Dihitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam  mendo’a tiba
Meriak muka kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku

Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita mati datang tidak membelah…
PROLOG
Suasana hening tengah malam, dengan ditemani cahaya lampu yang redup
Yusuf duduk termangu dengan sebatang kretek yang terjepit diantara jemari kasarnya, dihadapannya sebuah meja yang sesak dengan buku yang berantakan. Wajahnya yang cekung nampak goresan risau yang mendalam dengan  masalah yang menimpanya.
Instrumen Silk Road (Kitaro)

YUSUF
(Hampa Kepada Sri)

Sepi diluar. Sepi menekan mendesak
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti sepi

Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti

SOLEHA
Malam mulai kelam, akan buntu  malam kalau kamu masih terjaga, Tidakkah letih ragamu hingga kau tak beranjak melepas lelah?

YUSUF
Ooh Ibu! Waktu berjalan, Aku tidak tahu apa nasib waktu? Rasanya tak cukup lelah  ini untuk segera beranjak dalam mimpi. Lebih baik ibu segera istirahat saja!

SOLEHA
Ibu sedih melihat keadaan kamu seperti ini. Kamu jangan menyiksa diri seperti ini! Jaga kesehatanmu! hentikan kebiasaan burukmu itu! Wajahmu kelihatan pucat.

YUSUF
Biarlah bu, aku tidak akan menyerah dengan penyakit yang meraksuki tubuhku! Rokok adalah temanku dikala aku dilanda hampa seperti ini.

SOLEHA
Kalau boleh tahu, sebetulnya apa yang sedang membebani hatimu nak? Kamu tidak usah memendamnya sendiri! Ini ibumu! Tidak usah kamu merasa ragu ataupun malu!

YUSUF
Cukuplah aku rasakan sendiri bu, apa yang sedang terjadi! Aku tak mau ibu merasakan kegelisahan ini. Sudah cukup berat rasanya beban yang ibu rasakan selama ini.

SOLEHA
Tak apalah kalau kamu tidak berkehendak, tapi ibu merasa iba melihat kondisimu seperti ini. Baiklah, Ibu tidur dulu ya, Lekaslah kamu tidur jangan seperti ini terusini akan menggagu kesehatan mu sendiri!

Sang bunda menatap penuh kasih, matanya berkaca tak kuasa rasanya ia menahan derai air mata tatkala melihat putra semata wayangnya menderita. Kemudian dia beranjak meninggalkan Yusuf sendiri yang masih terbuai lamunan. Lampu panggung mati.



PRAGMEN 2
PROLOG
Sore di pelabuhan kecil Yusuf tertegun menatap kosong kelaut lepas.  Terbayang paras ayu Sri Ajati yang menari diantara gelombang laut menggoda benaknya yang kuyu oleh rindu. Sementara penyakit yang dideritanya menyudutkan dia untuk ttetap membisu. Yusuf dikagetkan oleh dua kawannya yang sedang mencari dirinya.
Instrumen Ocean (Kitaro)

ASRUL
Cemara berderai sampai jauh, terasa hari akan menjadi malam. Ada beberapa dahan ditingkap merapuh. Dipukul angin yang terapuh.

YUSUF
Ini kali tiada yang mencari cinta, diantara gudang, rumah tua, pada cerita. Tiang serta temali, kapal, perahu tidak berlaut. Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut.

RIVAI
Hidup hanya menunda kekalahan. Tambah terasing dari cinta sekolah rendah. Dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan. Sebelum pada akhiurnya kita menyerah.

YUSUF
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hari lari berenang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
Dan kini tanah dan air tidur hilang ombak

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
Menyisir semenanjung, masih pengap harap
Sekali tiba diujung dan sekalian selamat jalan
Dari pantai keempat, sendu penghabisan bisa terdekap

RIVAI
Tak dapatkah kau tumpahkan perasaanmu kepadanya, untuk segera mendapatkan dirinya dalam pelukmu.? Aku akan mendukungmu.


ASRUL
Atau perlu aku mengajaknya kemari biar kau dapat mengungkapkannya secara langsung?

RIVAI
Tidakkah kau harap kawanmu ini membantumu? Apapun akan kami lakukan!

ASRUL
Kami perihatin melihat kondisimu seperti ini, lebih-lebih kami dapat berita dari ibunu sendiri mengenai kebiasaanmu merenung.

YUSUF
Terima kasih kawan, tak perlu kalian berbuat itu, tak sampai hati aku ungkapkan ini semua kepadanya, terlebih dengan kondisiku seperti ini. Biarlah dengan goresan pena ku tumpahkan semua hasrat ini.

ASRUL SANI
Tapi ini semua demi kebaikanmu! Kami tidak mau kau larut dalam kemalangan.

RIVAI AFIN
Itu betul! Tak baik kamu terus-terusan larut dalam kesedihan seperti ini. Hari hampir gelap, lebih baik kita pulang.

Senja disore itu temani tiga sahabat yang larut dalam sebuah persoalan yang mereka hadapi. Sementara suara gelombang mengiring langkah mereka beranjak dari pelabuhan itu yang menorehkan sejuta rasa yang penuh ketidak pastian.


PRAGMEN 3
PROLOG
Disebuah ruang tunggu klinik kesehatan, seorang gadis dengan paras ayu kelihatan bingung sambil melihat jam yang menghiasi tangannya, seolah-olah dia sedang menunggu seseorang datang, matanya menyapu setiap sudut ruang tunggu tersebut, dan tak lama datang seorang dokter menghampiri gadis itu.

Dr. R.H. SUPARSONO
Maafkan aku  terlambat sehingga membuatmu terlalu lama menunggu, tadi aku  habis periksa pasien.

SRI AJATI
Tidak mengapa, itu sudah menjadi kewajibanmu. Mereka harus diutamakan, mereka lebih membutuhkan pertolonganmu saat ini. Aku bisa mengerti.

Dr. R.H. SUPARSONO
Terimakasih atas pengertiannya, ada apakah gerangan sampai menyusul kesini, bukankah selepas jam kerja aku akan menjemputmu kerumah untuk mempersiapkan perlengkapan pernikahan kita?

SRI AJATI
Ada hal yang menggangu pikiranku, kiranya kita bisa bicarakan sebelum hari pernikahan kita.


 Dr. R.H. SUPARSONO
Memangnya apa yang selama ini mengganggu pikiranmu? Kiranya kita bicarakan baik-baik, aku harap ini bukan masalah keraguan atas pernikahan kita!

SRI AJATI
Bukan itu! Ada hal yang harus aku bicarakan mengenai seorang pemuda sahabatku yang sejak lama memendam rasa yang sangat besar kepadaku, aku tidak menyadarinya, dan kini dia terbaring lemas dengan penyakit yang ia derita dan mungkin derita batin yang menjadi salah satu penyebabnya.


Dr. R.H. SUPARSONO
Bagaimana ini bisa terjadi? Siapa pemuda itu? Dan sejauh mana hubunganmu dengan dia? Sekarang dia bagaimana?

SRI AJATI
Dia adalah sahabatku sendiri, kami sudah kenal sejak SMA dulu dia adalah pemuda yang baik kami sangat dekat, kami sering berbagi dalam keadaan senang maupun sedih, tetapi sejauh ini aku tidak menyadari bahwa dia menyimpan rasa kepadaku, sekarang dia terbaring dirumahnya.

Dr. R.H. SUPARSONO
Terus bagaimana? Dan apa yang harus kita lakukan?

SRI AJATI
Aku ingin kita kesana menjenguknya, aku ingin meminta maaf kepadanya, bagaimanapun juga dia sahabatku.

 Dr. R.H. SUPARSONO
Baiklah nanti kita kesana, tapi aku masih ada tugas, pasien menungguku didalam sana. Sebaiknya kamu pulang saja nanti selepas magrib kita kesana.

SRI AJATI
Baiklah kalau begitu, tapi sebelumnya aku mau mengucapkan terimakasih atas pengertianmu yang mau mengijinkan bahkan mau mengantarkan aku kesana. Aku pamit pulang ya.

Dr. R.H. SUPARSONO
Iya tidak apa-apa, jangan sungkan. Hati-hati dijalan!

Kemudian Sri Ajati meninggalkan klinik tersebut, sedangkan Dr. R.H. Suparsono kembali bertugas memeriksa pasiennya.



PRAGMEN 4
PROLOG
Diruang sempit salah satu kamar sebuah rumah sederhana, terbujur lemas sosok pemuda yang merasakan derita yang dialaminya sedang diperiksa oleh Dokter. Soleha setia mendampingi tubuh lemas anaknya sambil menatap iba.


SOLEHA
Bagaimana keadaan anak saya Dok? Apakah dia baik-baik saja?

Dr. R.H. SUPARSONO
Ibu sabar ya! Semua ini tergantung Yang Maha Kuasa, sebaiknya kita berdo’a saja, semoga anak ibu mendapat kekuatan dala melewati semua ini.

SOLEHA
Tak putus do’a rasanya saya panjatkan dok! Tapi saya sedih melihat keadaan anak saya, kiranya apa penyebabnya dok?


Dr. R.H. SUPARSONO
Ia mengidap penyakit TBC yang sudah parah, belum lagi paru-parunya mengalami insfeksi akibat peradangan. Ini terjadi karena dia terlalu banyak mengkonsumsi nikotin dalam jumlah yang sudah melampaui batas kewajaran, mungkin akibat terlalu banyak pikiran, ia mengalami stress!

SOLEHA
Memang akhir-akhir ini dia sering menyendiri sambil menikmati asap rokok, entah apa yang dia pikirkan, saya tidak pernah tahu.

Dr. R.H. SUPARSONO
Saya harap ibu bisa bersabar! Usahakan anak ibu jangan terlalu banyak berpikir, dan jangan lupa obatnya diminumkan, semoga anak ibu cepat pulih! Kalau begitu saya pamit kalau ada apa-apa ibu jangan sungkan untuk menghubungi saya!

SOLEHA
Terimakasih atas bantuannya Dok!

Kemudian Dr. R.H. Suparsono meninggalkan rumah Yusuf , tinggalah Soleha dengan menemani Yusuf yang terbaring lemas, tak lama dua temannya datang menjenguk yusuf.

RIVA’I
Bagaimana keadaan Yusuf, bu? Apa yang terjadi?

SOLEHA
Ya begitulah nak, Yusuf terlalu banyak pikiran sehingga penyakit yang dideritanya bertambah parah, dan membuat ia semakin terpuruk . Lebih baik kita do’akan saja agar ia cepat pulih !

Yusuf terbangun, kemudian dengan susah payah dia mencoba bangkit untuk duduk, dengan nafas terengah dia mengeluarkan suara.

YUSUF
Ada apakah ini begitu ramainya? Hei…! Asrul, Riva’i kalian disini juga?

SOLEHA
Sudahlah nak! Jangan terlalu banyak bergerak, kamu masih lemas! Dokter menganjurkan agar kamu harus banyak istirahat dan jangan terlalu banyak pikiran!

ASRUL
Iya betuk kata ibumu, sebaiknya kamu turuti saja apa perkataan ibumu ini demi kebaikkan mu sendiri!

RIVA’I
Kami berdua ikut prihatin dengan keadaaanmu saat ini, lekaslah sembuh! Apakah kamu tak ingin kita ke pelabuhan itu lagi?

YUSUF
Terimakasih kawan, kalian memang sahabat terbaikku. Tentu aku ingin kesana. Sebab disana tempat yag sangat istimewa buatku, banyak kisah manis tersimpan dipelabuhan itu.

SOLEHA
Kalau begitu, kalian silakan ngobrol saja disini! Ibu mau kedapur dulu, hari sudah petang ibu mau memasak dulu untuk makan malam nanti. Tapi ingat, kamu jangan terlalu banyak bergerak dulu! Saya titip Yusuf ya nak!

RIVA’I
Ia bu, Ibu jangan khawatir, kami akan menjaga Yusuf disini.

Soleha kemudian meninggalkan kamar, tinggalah tiga sekawan
 berbincang dengan serius.

YUSUF
Kawan, aku tahu hidupku tak lama lagi! Aku tahu aku tidak mampu bertahan lama dengan semua ini, kalian bisa bawa aku ke pelabuhan itu?

RIVA’I
Kamu jangan gila! Lihat kondisi kamu saaat ini! Tidak mungkin aku membawa kamu ke pelabuhan itu dengan kondisimu seperti ini.
ASRUL
Kamu ingat perkataan ibumu tadi? Kamu jangan nekat! Apakah kamu tidak takut terjadi apa-apa dengan dirimu yang mengakibatkan kesehatanmu memburuk?

RIVA’I
Nanti Ibumu bagaimana?

YUSUF
Sudahlah! Aku sudah memperhitungkannya dan siap menerima segalanya, aku mohon kalian bawa aku kesana sekarang juga! Justru ini demi kebaikkanku sendiri.

ASRUL
Baik kalau begitu, Tapi bagaimana kita kesana?

YUSUF
Tenang, aku masih mampu berjalan! Lagipula jarak kepelabuhan itu tidak begitu jauhkan?

ASRUL
Iya sih! Tapi kita pelan-pelan saja, dan kamu jangan memaksakan diri!

Kemudian atas permintaan Yusuf secara diam-diam mereka bertiga menuju pelabuhan kecil yang tak jauh dari rumah Yusuf. Sesampainya dipelabuhan kecil itu Yusuf dengan wajah bersinar menatap ke laut bebas
seolah-olah dia merindukan suasana seperti itu.
Instrumen Ocean (Kitaro)

YUSUF
(AKU)
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari, berlari
Hingga hilang pedih perih
Dan aku akan tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

 ASRUL
Dia yang selalu mengganggu pikiranmu, harus tahu semua ini agar dapat merasakan penderitaanmu!

YUSUF
Cintaku jauh dipulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri
Dia menggoda ingatanku tetapi tak dapat kusentuh dengan kedua tanganku

RIVA’I
Jalan sudah jauh kau tempuh, perahu yang kau pakai bersama  tak lama lagi akan merapuh diair yang tenang tanpa ombak dan badai.

YUSUF
Kelam dan angin lalu mempercepat hariku, menggigir jua ruang dimana dia kuinginkan
Aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang, dan aku bisa lagi lepaskan kisahku padamu, tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang, tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku

ASRUL
Begitu dalamnya perasaanmu terhadapnya sampai kau tersiksa seperti ini, akan ku kabarkan kisah dukamu ini padanya.

YUSUF
Bukan kematian benar menusuk kalbu,
Keridhaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu diatas debu
Dan duka maha tuan tak bertahta


DENGAN MIRAT

Kamar ini jadi sarang penghabisan
Dimalam yang hilang batas
Aku dan engkau hanya menjangkau rakit hitam
Kan terdamparkah, atau terserah pada putaran hitam?
Matamu ungu membatu
Masih berdekapankah kami atau mengikuti juga bayangan itu.

Tiba-tiba Yusuf memegang dadanya, nafasnya tersengal dan matanya membelalak lebar, mulutnya mengerang, rasa sakit yang luar biasa sehingga menyebabkan tubuh Yusuf roboh, tentu saja keadaan ini membuat dua temannya sangat kaget dan segera menahan tubuh Yusuf yang hampir jatuh.

RIVA’I
Yusuuuf…! Apa yang terjadi? Kamu kenapa? Asrul… tolong aku!
Baringkan tubuh Yusuf di sana!

ASRUL
Iiiiya….! Hati-hati! Jangan sampai tubuh Yusuf terjatuh.
                                         Apa yang kau rasakan? Bertahanlah kawan!

RIVA’I
Yusuf apa yang kamu rasakan? Tenanglah! Akun disini tidak akan meninggalkanmu.

YUSUF
Sri….Sri….Sri….ssaakkiitt!

RIVA’I
Siapa Sri? Katakana Yusuf, katakana!

ASRUL
Mungkin itu gadis yang selama ini dia pikirkan! Katakan Sri siapa? Biar aku bisa menjemputnya untukmu

YUSUF
Sri Arjati!

RIVA’I
Apa! Bukankah Sri Ajati teman dekat Yusuf  waktu sekolah?

ASRUL
Baiklah! aku akan memberitahu Ibu Soleha dan Sri Ajati! Kamu jaga Yusuf baik-baik!






Tidak ada komentar:

Posting Komentar